Key Points on Natuna’s Industrial Capacity:
- The industrial potential of Natuna, especially in the oil and gas sector, is being realized by the local and national government.
- Plans to develop industrial parks and new ports in Natuna are in the works and are expected to connect more business to the islands.
- Buton Bay and Serasan Island in particular are two locations in Natuna that have strong potential for industrial and maritime development.
Beneath the pristine waters of Natuna is a resource waiting for the right industrial investor.
Oil and gas make up for 70% of Natuna’s economic growth in recent years. In 2021 alone, Natuna produced 3,226,284 MMBtu (million British thermal units) in natural gas, while the total crude oil production was. 304,000 barrels.
The potential to increase these numbers is recognized by the local Natuna government and the Indonesian government alike. But it’s not just the oil and gas business growing on the islands; the fisheries and marine sector hold a wealth of revenue.
For this reason, the government has prepared development plans for several areas in Natuna as part of the regional and national development acceleration agenda while still prioritizing sustainability.
Buton Bay is one of the areas included in the development of an integrated industrial designation area in the Detailed Spatial Plan (RDTR) of the Ministry of Agrarian Affairs and Spatial Planning (ATR) as a sub-section of the planning area of the Ranai National Strategic Area Center (PKSN). Buton Bay itself has an area of 1,766.72 hectares.
Along with oil, gas, and mineral resources, Buton Bay also has the geographical area to be developed into ecotourism areas. Additionally, Buton Bay is considered to have strategic geographical value for regional and international markets.
Located close to North Bunguran and Northeast Bunguran Districts, Buton Bay also has sea access that can be developed as aquaculture fisheries and/or international shipping lanes.
Other development directions for Buton Bay include establishing an integrated oceanic port. Natuna already has a similar port in the Lampa Strait and the Integrated Marine and Fisheries Center (SKPT) in the Lampa Strait, which was inaugurated in 2019. However, the distance is far enough that the function of this port cannot be enjoyed by Natuna residents across the board.
With a shorter distance from the Lampa Strait port, Buton Bay can be utilized optimally by the surrounding communities.
Apart from Buton Bay, there are plans to develop a shipbuilding industrial area in Penarik and a fishery processing industry in Depih/Depeh Bay, both of which are located in the South Bunguran District.
Serasan Island, Natuna Regency, is the next area in the direction of accelerating development, especially in border areas. Serasan is one of the 11 Integrated Cross-Border Posts (PLBN) built by the National Border Management Agency (BNPP) of the Republic of Indonesia.
Serasan is the first Indonesian PLBN built in waters and can only be accessed via waterways. The Serasan PLBN area is also strategic because it is directly adjacent to Vietnam and Cambodia to the north, Singapore and Malaysia to the west and east.
The development of Natuna is not only to support and boost foreign investment and accelerate growth in border areas; in the long term, this step can strengthen the downstream and industrial structure of Natuna and increase the selling value of Natuna’s commodities.
Encouraging economic growth and new business fields can increase the welfare of border communities, trade progress, break the chain of poverty and unemployment, reduce inequality and social gaps and increase productivity.
Bahasa Indonesian Translation
Natuna memiliki potensi industri migas dan non migas yang cukup besar untuk dikembangkan dan tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Natuna. Jika menilik potensi industri non migas yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Natuna, maka terdapat tiga jenis lapangan usaha utama selain industri pertanian – kehutanan – perikanan (12,32%).
Ketiga industri tersebut adalah kategori konstruksi (7,78%), perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan motor sebesar (3,58%); kategori administrasi pemerintahan serta pertahanan dan jaminan sosial wajib (2,02%).
Sementara bila dilihat secara migas, kategori pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dibanding keempat lapangan usaha di atas, yaitu sebesar 70,02 persen.
Jumlah produksi gas bumi di Natuna pada tahun 2021 adalah 3.226.284 MMBtu (million british thermal unit) sementara jumlah produksi minyak mentah adalah 304.000 barel.
Memang sektor perikanan dan kelautan; minyak dan gas; serta pertahanan dan keamanan menjadi tiga sektor unggulan dalam arah percepatan pembangunan Kabupaten Natuna yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo sejak tahun 2016.
Untuk itu pemerintah telah mempersiapkan rencana pengembangan untuk beberapa kawasan di Natuna sebagai bagian dari agenda percepatan pembangunan daerah dan nasional dengan tetap memperhatikan kelestarian alam.
Teluk Buton adalah salah satu wilayah yang masuk ke dalam arahan pembangunan kawasan peruntukan industri terpadu dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) sebagai sub bagian wilayah perencanaan dari Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN) Ranai. Teluk Buton sendiri memiliki luas wilayah sebesar 1.766,72 hektar.
Teluk Buton tidak hanya memiliki potensi sumber daya alam yang terdiri dari migas dan sumber daya mineral melainkan potensi daratan dan lautan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan pariwisata. Selain itu, Teluk Buton dianggap memiliki nilai strategis geografis terhadap pasar regional maupun internasional.
Dekat dengan Kecamatan Bunguran Utara dan Kecamatan Bunguran Timur Laut, Teluk Buton juga memiliki potensi bahari yang dapat dikembangkan sebagai budidaya perikanan dan jalur pelayaran internasional serta sumber daya air yang dapat mendukung pengembangan kawasan perikanan dan agropolitan atau pertanian.
Arahan pembangunan lainnya untuk Teluk Buton termasuk didirikannya pelabuhan terpadu samudera, yaitu pelabuhan logistik dan kawasan perikanan budidaya.
Sebelumnya Natuna sudah memiliki pelabuhan serupa yang berada di Selat Lampa dan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa yang diresmikan pada tahun 2019. Namun, jaraknya yang cukup jauh membuat fungsi pelabuhan ini belum bisa dinikmati oleh warga Natuna secara merata.
Diharapkan dengan jarak tempuh yang lebih pendek dari pelabuhan di Selat Lampa, pelabuhan Teluk Buton dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar dan pihak terkait lainnya.
Selain Teluk Buton terdapat juga rencana pengembangan kawasan industri galangan kapal di Penarik dan industri pengolahan perikanan di Teluk Depih/Depeh, keduanya berada di Kecamatan Bunguran Selatan.
Pulau Serasan, Kabupaten Natuna menjadi kawasan selanjutnya dalam arahan percepatan pembangunan khususnya di kawasan perbatasan. Serasan adalah salah satu dari 11 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu yang dibangun oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Republik Indonesia.
Serasan menjadi PLBN Indonesia pertama yang dibangun di perairan dan hanya bisa diakses melalui jalur perairan. Wilayah PLBN Serasan juga strategis karena berbatasan langsung dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara, Singapura serta Malaysia bagian barat dan timur (Sematan).
Perkembangan potensi industri di Natuna tidak hanya untuk menunjang dan menggenjot investasi asing serta mempercepat pembangunan di daerah perbatasan. Secara jangka panjang langkah ini bisa memperkuat hilirisasi dan struktur industri di Natuna serta meningkatkan nilai jual komoditas yang dimiliki Natuna.
Dengan demikian mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan usaha baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan, kemajuan perdagangan, memutus rantai kemiskinan, pengangguran, memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial serta meningkatkan produktivitas.