Terjemahan Bahasa Indonesia di bawah ini.
The Natuna Islands, located in the northern part of Indonesia’s historical sea trade routes, often attracts attention as an ecotourism destination that offers extraordinary sustainable development potential.
This January, Invest SEA partnered with Indonesia’s Regional Autonomy Watch (KPPOD) to host a Focus Group Discussion (FGD) on the Natuna Islands’ ecotourism and sports tourism potential.
Itok Parikesit, Director of Special Interest Tourism at the Ministry of Tourism and Creative Economy, emphasized the need to develop Special Interest Tourism (SIT) locations across Indonesia in an informed, comprehensive, and sustainable manner. SIT destinations must be marketed with intriguing storytelling combined with accessible tourist itineraries.
“With the designation as a National Geopark in Indonesia, Natuna offers promising tourism potential,” said Parikesit.
This strategy is part of the National Medium-Term Development Planning (RPJMN) of the President of the Republic of Indonesia for 2020–2024, focusing primarily on the quality or added value visitors can acquire and the tourist attractions they visit.
The seven flagship SIT themes promoted by the Ministry of Tourism and Creative Economy are Muslim-friendly/halal tourism, gastronomy/culinary, maritime, ecotourism, heritage, medical/health, and adventure.
These seven themes can be adopted and adapted to fit the requirements, the topography, and the resources in Natuna. One of the main principles of SIT’s ecotourism theme is the implementation of community involvement.
Coinciding with the topic of the second Invest SEA FGD, the regional government of Natuna must thus conduct a deeper study of sports tourism.
Challenges still exist, including infrastructure readiness and accessibility, which was also addressed in Invest SEA’s second FGD. This was seen from several FGD panelists who voiced their concerns regarding the high cost of plane tickets to this archipelago.
In his presentation, Kardiman, Head of the Tourism Marketing Division of the Natuna Regency Tourism Office, said that infrastructure development in the regency is still relatively slow due to dependence on national and regional budgets.
“This makes the investment program in the Natuna Region a crucial component,” he said. Natuna also still needs support with expertise in social media presence.
Through this opportunity, Kardiman also asked for direct support from the two ministry representatives who were present to help promote several international-scale tourism calendars. His request was immediately welcomed positively by the Ministry of Tourism and Creative Economy.
Luhur Dewanthono, Minister’s Expert for Industrial Management and Sports Personnel, from the Ministry of Youth and Sports also provided his support.
“To make Natuna a major ecotourism destination, especially sports tourism, close collaboration is needed between the regional government, local sports agencies, and related parties. Through this collaboration, we are confident that the potential for sport tourism in Natuna can be maximized well, and we are ready to provide full support for this development,” he said.
Furthermore, at the end of the event, he advised that collaboration is strongly needed to increase the interest of domestic and foreign tourists in coming to Natuna. Luhur gave the example of Labuan Bajo, which is becoming increasingly busier and accessible with less expensive plane tickets.
The second Invest SEA FGD closed with input from Armand Suparman, Executive Director of KPPOD (Regional Autonomy Implementation Monitoring Committee).
Armand underlined that, given the various challenges to developing Natuna into an ecotourism destination, a collaborative governance approach between the central, provincial, and regional governments could be an essential strategic step.
Natuna must also form a specific task force to continue the communication and coordination channels established through this event with related collaborators.
Sofyan Herbowo, as Invest SEA Representative in Indonesia and moderator of the event, then summarized all the discussion outcomes from the second FGD series this year and conveyed Invest SEA’s readiness to facilitate collaboration in the development of ecotourism, sport tourism, and sustainable infrastructure on the islands.
To learn more about investing in the Natuna Islands, reach out to beintouch@investsea.org
Bahasa Indonesia:
Pariwisata Natuna merupakan sektor kedua yang disebut dalam arahan percepatan pembangunan Presiden RI untuk wilayah ini pada tahun 2018.
Pada FGD (Focus Group Discussion) Invest SEA tahun ini, Itok Parikesit selaku Direktur Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menekankan perlunya pengembangan produk wisata minat khusus atau Special Interest Tourism (SIT) secara matang, komprehensif, dan berkelanjutan.
Produk SIT harus dikemas dengan storytelling menarik serta aksesibilitas dan alur perjalanan wisata yang saling berkaitan satu sama lain.
Strategi ini merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Presiden RI Tahun 2020-2024, dengan fokus utama kepada kualitas atau nilai tambah yang bisa didapatkan oleh para wisatawan maupun objek-objek wisata yang dikunjungi.
Terdapat tujuh tema andalan SIT yang diusung oleh Kemenparekraf, yaitu wisata ramah muslim/halal, gastronomi/kuliner, bahari, ekowisata, heritage, medis/kesehatan, dan petualangan.
Ketujuh tema ini bisa diadopsi dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi topografi, maupun ketersediaan sumber daya yang dimiliki Natuna. Perlu diperhatikan juga penerapan prinsip-prinsip pengembangan wisata minat khusus yang berbasis ekowisata, salah satunya prinsip pelibatan masyarakat.
Jika menyambungkan dengan topik FGD Invest SEA kedua, maka, pemerintah daerah Natuna perlu segera melakukan kajian lebih dalam terhadap SIT olahraga atau sport tourism.
Tantangan tentu masih ada, termasuk kesiapan infrastruktur dan aksesibilitas, yang juga menjadi topik FGD kedua Invest SEA. Ini terlihat dari beberapa peserta FGD yang menyuarakan kekhawatiran mereka terkait harga tiket pesawat ke Natuna yang mahal pada sesi tanya jawab.
Dalam paparannya, Kardiman, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna menyampaikan bahwa perkembangan infrastruktur di Kabupaten Natuna masih terhitung lambat akibat ketergantungan pada anggaran nasional dan regional.
“Hal ini menjadikan program investasi di Wilayah Natuna sebagai suatu komponen yang krusial,” ucapnya. Natuna juga masih membutuhkan bantuan dari sisi promosi media sosial, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
Melalui kesempatan ini, Kardiman juga meminta dukungan secara langsung kepada kedua perwakilan kementerian yang hadir untuk membantu mempromosikan beberapa kalendar pariwisata yang berskala internasional. Permintaannya langsung disambut dengan positif oleh Kemenparekraf.
Luhur Dewanthono, Tenaga Ahli Menteri Bidang Manajemen Industri dan Tenaga Olahraga
Kementerian Pemuda dan Olahraga pun memberikan dukungannya.
“Untuk menjadikan Natuna sebagai destinasi utama ekowisata, khususnya sport tourism, diperlukan kerjasama erat antara pemerintah daerah, instansi olahraga setempat, dan pihak terkait. Melalui kolaborasi ini, kami yakin potensi sport tourism di Natuna dapat dimaksimalkan dengan baik, dan kami siap memberikan dukungan penuh untuk pengembangan ini,” tuturnya.
Selanjutnya di akhir acara, beliau berpesan bahwa kolaborasi terutama diperlukan untuk menumbuhkan minat wisatawan domestik maupun mancanegara agar tertarik datang ke Natuna. Luhur mencontohkan Labuan Bajo yang kini sudah semakin ramai dan mudah diakses dengan biaya tiket pesawat yang tidak semahal dulu.
FGD Invest SEA kedua ditutup dengan masukan dari Armand Suparman, Direktur Eksekutif KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah).
Armand kembali mengingatkan bahwa, dengan berbagai macam tantangan yang ada untuk mengembangkan Natuna menjadi destinasi ekowisata, pendekatan tata kelola yang kolaboratif antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah bisa menjadi langkah strategis yang esensial.
Natuna juga perlu membentuk kelompok kerja khusus atau gugus tugas untuk melanjutkan jalur komunikasi dan koordinasi yang sudah terbangun melalui event ini dengan para kolaborator terkait.
Sofyan Herbowo, selaku Perwakilan Invest SEA di Indonesia dan moderator acara, kemudian merangkum seluruh hasil diskusi dari rangkaian FGD kedua tahun ini dan menyampaikan kesiapan Invest SEA dalam memfasilitasi kolaborasi pengembangan ekowisata, sport tourism, dan infrastruktur yang berkelanjutan di Natuna.