Terjemahan Bahasa Indonesia di bawah ini.
Natuna is among the 2,408 islands in the Riau Archipelago province and the second largest regency, or district, of the five districts in the province. From ancient traditions to captivating dances, this island is sparkling with vibrant cultures and tales of its past, waiting to share its heritage with the world.
Natuna’s cultural landscape is not solely homegrown. As a region with a strategic location and maritime borders with various countries, Natuna’s culture is influenced by its neighbors. These include the cultures of the Arabs, Siam (Thailand), China, Cambodia, and Vietnam.
The Natuna Regency Government is actively safeguarding this cultural treasure trove, aiming to secure national recognition for 15 of its unique traditions. So far, four intangible cultural heritages from Natuna have been recorded in the national system: Gasing, Mendu, Langlang Buana, and Betingkah Alu Selesung.
While the 15 traditions and cultures are Tabel Mando, Tabel Aghok, Kernas, Cikung Midoi, Pedek, Silong, Makan Bedulong, Kuah Tige, Tika Paca, Giambong, Suluk Natuna, Berdah Natuna, Hadrah Natuna, Muhibah Ramadhan, and Ngejik Kitak.
This dedicated effort involves meticulous documentation, academic research, performance/exhibition, expert interviews, the preparation of supporting documents and engaging local communities in the process.
The involvement of local communities is essential, not only for their voices interwoven with historical records and expert interviews but also to ensure the stories continue to be shared from elders to young and future generations.
A journey into Natuna’s heritage wouldn’t be complete without a visit to Segeram Village, Natuna’s cultural site. Believed to be the cradle of early Natuna residents, Segeram Village is a testament to Natuna’s historical roots.
Accessible by land or sea; efforts to improve infrastructure in the village, including the construction of schools and telecommunication access; signal progress. However, concerns about the potential loss of culture and history persist, emphasizing the need for regeneration and an increased population.
But fear not, for Natuna’s spirit burns bright. The Natuna Museum, inaugurated in 2023, aspires to become a center for education and research on Natuna culture and nature, increasing the importance of protecting the environment, especially the marine ecosystem.
Open to the public on weekdays, the museum showcases a diverse collection encompassing historical artifacts, relics from the Chinese dynasty, traditional art, and documentation reflecting various aspects of local community life.
Another initiative is the Dendang Piwang festival, which aims to spark the young generation’s passion for their roots. It also acts as a forum to explore, develop, and preserve the original and unique culture of each sub-district in Natuna, be it traditional games like Gasing, music, traditions, or dances like the Jepin dance, a legacy from Yemen that has found a home in Natuna.
Dendang Piwang is a testament to Natuna’s commitment to preserving its cultural legacy. The Natuna regional government hopes that more villages, especially young people in Natuna, will participate and contribute their talent in Dendang Piwang to promote the revival of Natuna’s arts and culture and become custodians of their heritage.
Through museums, traditional games, dances, festivals, and community engagement, this harmonious blend speaks volumes about Natuna’s openness, adaptability, and unwavering dedication to its cultural heritage through innovative approaches.
As you explore Natuna, you become a part of its story of the cultural resilience of an archipelago jewel hidden in the Riau Islands. Let Natuna guide you to hear the whispers of their ancestors and dance to the rhythm of their rich cultural legacy.
Bahasa Indonesian:
Memelihara Pusaka Natuna dengan Membangkitkan Akar dan Menginspirasi Generasi
Natuna adalah salah satu dari 2.408 pulau besar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kabupaten terbesar kedua dari 5 kabupaten di provinsi tersebut. Dari tradisi kuno hingga tarian menawan, pulau ini penuh dengan budaya dan kisah masa lalu yang dinamis, menunggu untuk dibagikan kepada dunia.
Lanskap budaya Natuna tidak hanya berasal dari dalam negeri. Sebagai wilayah yang letaknya strategis dan berbatasan dengan berbagai negara, kebudayaan Natuna juga dipengaruhi oleh negara lain. Ini termasuk budaya Arab, Siam (Thailand), Cina, Kamboja, dan Vietnam.
Pemerintah Kabupaten Natuna secara aktif berupaya melestarikan 15 tradisi budayanya agar dapat dicantumkan sebagai warisan budaya takbenda nasional. Sejauh ini, ada empat warisan budaya takbenda asal Natuna yang telah tercatat dalam sistem nasional: Gasing, Mendu, Langlang Buana, dan Betingkah Alu Selesung.
Adapun kelima belas tradisi dan budaya yang dimaksud adalah Tabel Mando, Tabel Aghok, Kernas, Cikung Midoi, Pedek, Silong, Makan Bedulong, Kuah Tige, Tika Paca, Giambong, Suluk Natuna, Berdah Natuna, Hadrah Natuna, Muhibah Ramadhan, dan Ngejik Kitak.
Upaya khusus ini melibatkan dokumentasi yang cermat, penelitian akademis, pertunjukan/pameran, wawancara ahli, persiapan dokumen pendukung, dan melibatkan komunitas lokal dalam prosesnya.
Keterlibatan masyarakat lokal sangatlah penting, tidak hanya karena suara mereka terkait dengan catatan sejarah dan wawancara para ahli, namun juga untuk memastikan bahwa cerita-cerita tersebut terus disebarluaskan dari generasi tua ke generasi muda dan generasi mendatang.
Menjelajahi warisan budaya Natuna belum lengkap tanpa mengunjungi Desa Segeram, salah satu situs warisan budaya Natuna. Dipercaya sebagai tempat lahirnya penduduk awal Natuna, Desa Segeram merupakan bukti akar sejarah Natuna.
Dapat diakses melalui darat atau laut; upaya perbaikan infrastruktur di desa ini, termasuk pembangunan sekolah dan akses telekomunikasi; memberi sinyal kemajuan. Namun, kekhawatiran mengenai potensi hilangnya budaya dan sejarah masih ada, sehingga menekankan perlunya regenerasi dan peningkatan populasi.
Namun, semangat Natuna tetap membara dengan diresmikannya Museum Natuna pada tahun 2023 dengan cita-cita menjadi pusat pendidikan dan penelitian budaya dan alam Natuna, meningkatkan pentingnya menjaga lingkungan khususnya ekosistem laut.
Terbuka untuk umum pada hari kerja, museum ini memamerkan beragam koleksi yang mencakup artefak sejarah, peninggalan dinasti Tiongkok, seni tradisional, dan dokumentasi yang mencerminkan berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.
Inisiatif lainnya adalah festival Dendang Piwang yang bertujuan untuk membangkitkan semangat generasi muda terhadap asal usulnya. Festival ini sekaligus menjadi wadah untuk menggali, mengembangkan, dan melestarikan budaya asli dan unik masing-masing kecamatan di Natuna, baik itu permainan tradisional seperti Gasing, musik, tradisi, maupun tarian seperti tari Jepin, peninggalan budaya Yaman yang menemukan rumahnya di Natuna.
Dendang Piwang merupakan bukti komitmen Natuna dalam melestarikan warisan budayanya. Pemda Natuna berharap semakin banyak desa khususnya generasi muda di Natuna yang berpartisipasi dan menyumbangkan bakatnya dalam Dendang Piwang untuk mendorong kebangkitan seni budaya Natuna dan menjadi penjaga warisan leluhurnya.
Melalui museum, permainan tradisional, tarian, festival, dan keterlibatan masyarakat, perpaduan harmonis ini menunjukkan banyak hal tentang keterbukaan, kemampuan beradaptasi, dan dedikasi Natuna yang tak tergoyahkan terhadap warisan budayanya melalui pendekatan inovatif.
Saat menjelajahi Natuna, Anda menjadi bagian dari kisah ketahanan budaya salah satu permata nusantara yang tersembunyi di Kepulauan Riau. Biarkan Natuna memandu Anda mendengarkan bisikan nenek moyang mereka dan menari mengikuti irama warisan budaya mereka yang kaya.